Senin, 26 Maret 2012

Dapatkan Buku Terbaru, salah satu penulisnya penggiat Cafe Baca Asyariah......



Buku yang berjudul Identitas Urban, Migrasi, dan Perjuangan Ekonomi-Politik di Makassar ini merupakan hasil proses panjang pelatihan riset sekaligus menulis etnografi dan historiografi yang dilakukan Yayasan Desantara bekerjasama dengan LAPAR Makassar pada akhir 2010 sampai awal 2011 di Makassar.

Yang menarik dari buku ini adalah, kita diajak berkeliling kota Makassar menjumai orang-orang yang selama ini tak tercatat dalam buku-buku kebijakan perkotaan. Buku ini menawarkan perspektif baru, melihat sudut-sudut kota, baik dari bangunan-bangunan fisik maupun para penduduk yang jarang didiskusikan dan dijadikan oleh para pengambil kebijakan kota sebagai referensi kebijakan.(Dikutip dari website Desantara Foundation)

Dominasi Investor Dalam Konflik Agraria


Laporan : Muhammad Sikin

Bagai episode yang tak pernah habis mewarnai perjalan bangsa yang cuma berganti wajah. Namun tabiat dan tingkah lakunya tak ada yang berubah. Beragam cerita yang mencuat, kesemuanya menggambarkan ketimpangan dan ketidakadilan yang berkepanjangan.

Tragis, gelombang perlawanan rakyat terhadap kenyataan hidupnya sebagai warga negara yang tidak dipenuhi sehingga memperhadapkannya kepada berbagai macam tindak kekerasan. Salah satu satu bentuk protes terhadap kesenjangan sosial yang terjadi, dimana kebijakan negara lebih pro terhadap pihak korporasi. Ironis!!! korban jatuh dari pihak rakyat.

Apa sebenarnya skenario besar di balik tragedi yang menimpa rakyat Indonesia ? dan dimana posisi pemerintah sebagai pelaksana kebijakan dan penyambung lidah rakyat dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagai lembaga milik rakyat. Ataukah ada kolusi kepentingan antara pihak pemerintah dengan pihak korporasi (perusahaan)?
Berikut petikan wawancara singkat dengan Idham Arsyad selaku Sekertaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (Sekjen KPA) dan juga salah satu pentolan aktivis PMII kelahiran Polewali Mandar yang begitu disegani pada zamannya. Saat itu, ia ditemui Soera Pergerakan di kediaman orang tuanya di Jl. Jendral Sudirman Polewali, minggu (5/02/2012).




1.Apa kira-kira yang menjadi akar masalah sehingga terjadi konflik agraria ?
Salah satu hal yang menjadi penyebab terjadinya konflik agraria adalah karena ketimpangan dan penguasaan kepemilikan lahan atau kekayaan alam yang begitu luas biasanya dari badan-badan usaha atau perusahaan. Disaat bersamaan ada petani yang tidak memiliki tanah di mata negara.

Itulah kemudian menyebabkan timbul konflik. Kalau misalnya tanah-tanah tersebut yang dikuasai berangkat dari tanah-tanah yang digarap oleh rakyat dengan alasan pemenuhan kebutuhan hidup. Kemudian terjadi penggusuran di dalamnya itulah kemudian yang menimbulkan konflik.

Hal mendasar yang mengilhami fenomena ketimpangan itu karena memang kebijakan terkait dengan pengelolaan tanah dan sumber daya alam ini memang berorientasi kepada kepentingan pengusaha. Jadi orientasi untuk kepentingan rakyat itu sangat sedikit. Sehingga banyak berimbas pada ketimpangan dan ketidakadilan.
Terjadilah kemudian perlawanan dalam rangka memperjuangkan hak hidup oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang merasa dikebiri haknya. Jadi penyebab utamanya adalah ketimpangan di sektor agraria dan ketidakadilan

2.Bagaimana dengan posisi aparatur negara, dalam hal ini pihak keamanan terkait penanganan konflik agraria ?
Nah, sering kali penanganan konflik agraria oleh aparat keamanan tidak menggunakan cara-cara persuasif sehingga sering menimbulkan kekerasan di dalamnya. Misalnya, peristiwa Bima (baca;NTB) yang menggunakan cara-cara kekerasan hingga menjatuhkan korban dari pihak rakyat. Jadi tidak semua konflik agraria ada konflik di dalamnya, akan tetapi cara penanganannya yang melibatkan aparat keamanan yang menggunakan cara-cara represif yang biasanya melahirkan konflik.

3.Apa sebenarnya yang terjadi antara pemerintah dengan korporasi, kenapa pemerintah begitu mudah mengeluarkan kebijakan terhadap korporasi terkait ijin operasi dalam melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam ?

Mungkin karena kebutuhan investasi, karena biasanya pemerintah daerah sering kali terjebak atas keinginan membangun wilayahnya tapi dengan cara mendatangkan investor. Salah satu investasi yang paling gampang sebenarnya adalah pengerukan sumber daya alam.

Alasan pemerintah lebih berpihak terhadap pihak pengusaha karena alasan kepentingan investasi dan mungkin juga ada sebuah persekongkokolan antara “penguasa” dengan “pengusaha” dalam menguasai sumber daya alam.

4.Bagaimana pandangan bapak mengenai Sulawesi Barat, dalam tanda kutip “kerawanan konflik agraria” ?

Jika saya melihat Sulawesi-Barat dalam perspektif masa depan, dimana terdapat begitu banyak akses yang bisa menjadi titik rawan terjadinya konflik agraria. Karena cara pemerintah mengeluarkan izin hanya berangkat dari subjektifitas pemerintah yang melihat orintasi pembangunan dari satu sisi saja. Dan mungkin sudah ramai diberitakan kasus yang saat ini terjadi di Mamuju Utara, antara para petani sawit dengan pihak Astra. Ada juga kasus yang baru-baru ini terjadi di Polman, yaitu kasus PT. ISCO dengan masyarakat Duampanua.

Nah, dalam kondisi demikian, korporasi (perusahaan) memiliki peluang yang sangat besar untuk menancapkan tonggak eksploitasi terhadap sumber daya alam. Dampak industrialisasi terkhusus di daerah Sul-Bar bisa sangat beragam diantaranya rusaknya ekositem alam, terjadinya pemiskinan serta berbagai macam implikasi yang timbul kemudian. Seharusnya pemerintah mengkajinya secara mendalam sebelum memberikan izin terhadap perusahaan. (ed/ma)

Kunci Sukses Demonstran; Kuasai Managemen Aksi


Laporan : Urwa

JAS MERAH (Jangan Melupakan Sejarah), kata founding fathers sekaligus presiden RI pertama Soekarno. Sebab sejarah merupakan suatu kejadian yang sudah lampau dan sangatlah penting untuk dipelajari kembali sebagai bekal bagi kehidupan di masa yang akan datang.

Siang itu, Rabu 11 januari 2012, sekitar pukul 11.00-13.40 tepatnya sekretariat PMII Komisariat Unasman diselenggarakan pelatihan aksi, yang didaulat untuk menjadi pemateri yaitu sahabat senior S. Ahmad Zaki Djafar.

Pentingnya Manajemen Aksi
Menurut Zaki, seorang kordinator aksi sangat perlu memahami tentang pengelolaan managemen aksi. Sehingga aspirasi yang hendak disuarakan, tidak berlalu begitu saja. Selain itu, isu yang kita angkat dapat menjadi keresahan publik dan mampu mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

“Jika managemen aksi kurang dipahami. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya massa akan mudah terprovokasi dari luar. Sehingga kemungkinan besar akan chaos dan amburadul” ungkap Zaki yang juga mantan ketua cabang PMII Polman ini

Lebih jauh Zaki menambahkan, bahwa selain korlap, simpul-simpul aksi yang lain wajib memperhatikan tugasnya masing-masing. Misalnya, Destroyer (pendobrak) yang berada di barisan massa paling depan. Menjaga agar para aparat militer tidak mampu menembus koridor massa.

Ada banyak hal yang juga perlu diperhatikan sebagai orator dan korlap dalam orasi, perlunya dinamisasi, yel-yel dalam bahasa gerak jalan. Selain itu, intonasi mimik wajah perlu diperhatikan, sehingga kalimat apapun yang diucapkan, apakah keras atau lembut akan memberikan perhatian tersendiri bagi siapapun yang mendengar dan melihatnya.

Selain itu, bahwa penting mempelajari sejarah, terutama teori yang dikemukakan Karl Marx, Antonio Gramschy, dan beberapa pemikir lainnya. Semuanya berangkat dari sejarah. Oleh karena itu, banyak hal yang mesti diperhatikan dalam melaksanakan sebuah aksi, terutama sejarah.
Hal yang terpenting pula, perlunya membuat selebaran-selebaran untuk dibagikan kepada publik agar mereka tahu isu apa yang didemonstrasikan.

Secangkir Kopi
Salah seorang peserta yang tak lain adalah ketua Rayon FKIP, Harun Mangku Langit dan juga ketua Rayon Fisip, Anwar Khadafi, memberanikan diri melakukan praktek orasi. Kedua aktivis PMII ini berencana mempersiapkan diri dalam rangka jelang diperingatinya peristiwa 13 Januari yang akan digelar esok harinya.
Para aktivis PMII ini begitu bersemangat mengikuti pelatihan aksi dibawah teriknya matahari. Saat itu, para peserta ditemani secangkir kopi dan diminum secara bergiliran sambil dibarengi dengan nyanyian lagu-lagu “Revolusi”.

“ Itulah hebatnya organisasi begitu indah kebersamaan di dalamnya” tutur Randi, aktivis PMII Rayon FKIP.(ed/ma)

Penulis adalah mahasiswa Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) Sulbar.
Aktif sebagai reporter Media Soera Pergerakan PMII Cabang Polman.

Rekonsiliasi dan Rekonsolidasi Upaya Mengokohkan Islam Tradisi dan Pro Mustadafin

Laporan : Herman



Mengawali tahun baru 2012, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) kembali memperkuat tonggak gerakannya dengan mengukuhkan kepengurusan PMII Cabang Polewali Mandar masa khidmat 2011-2012, di Aula Gedung PKK, Polewali, (7/02).

Kegiatan pelantikan yang dirangkaikan seminar dengan mengusung tema “Rekonsiliasi dan Rekonsolidasi- Upaya Mengokohkan Islam Tradisi dan Pro Mustada’afin”,. Kesuksesan dari kegiatan tersebut bukan hanya tampak dari keberhasilan Sudianto sebagai ketua panitia pelaksana dalam menghadirkan Adien Jauharuddin ( Ketua Umum PB. PMII ), Andi Tansi (Bendahara Umum PB PMII), dan Rusli Kasen (Korcab PMII Sulsel-bar), tetapi secara umum seluruh panitia dan pihak lain yang membantu kesuksesan acara seminar dan pelantikan tersebut.

Selain itu, berkat upaya kerja dan keras yang di lakukan salah satu mantan pengurus cabang Polman, Sapriadi yang saat ini masuk dalam kepengurusan PB PB PMII membidangi aparatur organisasi dan juga Indah Maya Sari yang juga saat ini masuk dalam kepengurusan Kopri PB PMII.


Substansi Demokrasi Tercederai
Selain sebagai ajang silaturahmi juga dirangkaikan dengan seminar yang di laksanakan sebelum acara pelantikan yang menghadirkan pemateri- pemateri dari alummi PMII yakni Muhammad Ali Wardi Sail (Ketua umum Mabincab PMII Polman), Usman Suhuriah, (Ketua KPU) Polman, dan S. Ahmad Fadl Al-Mahdaly (Tokoh agama).

Muhammad Aliwardi Sail, didaulat membawakan materi dengan topik “ Peran PMII dalam Mengawal Prospek Pembanggunan dan budaya Politik Menuju Demokrasi subtansi”. Dalam materinya, mantan ketua umum Kesatuan Pemuda, Pelajar, Mahasiswa Polewali Mamasa-Mandar (KPM-PM) menyampaikan bahwa pendidikan politiklah yang seharusnya dikedepankan.

Menurut Aliwardi, konsep yang dimiliki kader – kader akan lebih faham akan realitas yang ada di sekelilingnya. Hal ini pada gilirannya akan membentuk konstruksi mental para kader agar lebih peka terhadap seluruh problem sosial yang terjadi.

“Agar cerminan persepsi-persepsi mengenai realitas kepada masyarakat tentang budaya politik, karena sekarang ini politik di pandang sebelah mata oleh kalangan rakyat biasa bahkan sebagian mahasiswa. Maraknya terjadi money politik, dengan memberikan sesuatu kepada pemilih, baik itu berupa uang, barang, maupun janji manis. Sungguh mencederai dari Substansi Demokrasi” ujar Aliwardi.

Sedangkan chost politik dengan melakukan pembelian partai politik, karena faktanya setiap pemilihan berjalan harus di selesaikan di mahkamah kontitusi (MK). Dan Apabila politik membudaya maka akan sangat susah dikembalikan ke tujuan mulia dari politik itu sendiri.

Maka tugas atau tanggungjawab kader PMII harus mampu mengawal prospek pembagunan dan budaya politik menuju demokrasi yang baik yang ada di Sulawesi barat terkhusus lagi di Polewali mandar.

Dimana Posisi PMII ?
Pemateri kedua Usman Suhuriah, (Ketua KPU Polewali Mandar) dengan “Prospek Pemilihan langsung Dan Pembangunan Politik”. Usman mengungkapkan bahwa teori politik sangat jauh dari fakta sekarang ini. Sejalan dengan apa yang diceritakan Ali Wardi bahwa marak terjadi money politik dan chost politik yang berlebihan terutama di Sulbar. Sehingga timbul pertanyaan “Dimana PMII sekarang ini..?

Jalannya perpolitikan yang terjadi tidak mesti membuat para kader PMII ikut menjadi tim sukses para kandidat partai politik (parpol). Karena memang posisi kader PMII harus berada dalam situasi netral mengawal proses jalannya roda pemerintahan serta sebagai penyampai aspirasi masyarakat yang di bawah.

Mahasiswa (terutama kader PMII) juga harus memiliki kapasitas mumpuni, dimana pendidikan politik akan mengantarkan masyarakat dari kesadaran naif menuju kesadaran kritis. Sehingga timbullah nilai yang benar untuk menuju masa depan yang lebih tercerahkan.

Aswaja perspektif lokal
Pemateri ketiga S.Ahmad Fadhl yang dipercaya memaparkan topik “Aswaja Perspektif Masyarakat Lokal” menguraikan bahwa Aswaja merupakan suatu cara penyampaian sesuatu kepada orang untuk mempunyai komitmrn moral. Hal ini berdasarkan fakta, bahwa hari ini agama dirasuki faham fundamental, liberal dan pragmatis.

Kemudian, jika ini terjadi secara universal di Sulawesi barat, dan khususnya Polewali mandar kan membudaya faham-faham transnasional tersebut. Maka yang terjadi adalah susah untuk mengubah kembali, sehingga alternative atau solusinya adalah kader-kader PMII segera mengambil bagian untuk melakukan langkah menahan derasnya gelombang faham baru tersebut dengan pola atau jalan---Zikir, Fikir dan Amal saleh.(ed/ma)

Aksi Mengenang Tragedi 13 Januari 2011


Oleh : Suryananda

Polewali 13 januari 2012, sejumlah elemen mahasiswa yang tergabung dalam massa aksi KONTRA (Koalisi Nasional Untuk Keadilan Rakyat), kembali menggetarkan Bumi Tipalayo (Polewali Mandar) dengan seruan aksi penuntasan kasus Hak Asasi Manusia (HAM) yang marak terjadi di Nusantara. Seperti kasus yang terjadi di Mesuji Lampung dan Bima NTB dan terkhusus lagi di Polewali Mandar, tragedi berdarah di Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) sekitar satu tahun silam.

Massa Kontra yang tergabung dalam kelompok Cipayung, terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Polman, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Polman, dan Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) Cabang Polman, serta penampilan teaterikal dari Padepokan Sastra Empu Tantular. Adapun yang bertindak sebagai Kordinator aksi, Jusrianto (Ketua Cabang GMKI Polman)

Aksi yang secara garis besar merupakan peringatan setahun silam terjadinya tragedi Unasman, 13 Januari 2011, yang di latar belakangi oleh rencana Pengadilan Negeri (PN) Polewali untuk mengeksekusi kampus Unasman.



Tragedy berdarah tersebut mengakibatkan salah seorang dosen Fisip Unasman--- Sofyan S.Sos, gugur setelah dirawat sebulan di RS Wahidin Makassar, akibat tertembus timah panas aparat kepolisian Polres Polman dan tepat mengenai bagian leher.

Jalan Trans Sulawesi Lumpuh Total
Aksi yang dimulai di depan Sekretariat Cabang PMII Polman, berjalan kaki menuju PN Polewali Mandar dan kantor DPRD Kabupaten Polman (selanjutnya akan ditulis DPRD Polman), seraya membentangkan spanduk “Hentikan Kriminalisasi Gerakan Rakyat”. Namun sebelumnya itu, massa aksi menyempatkan diri berorasi di depan Pengadilan Negeri (PN) Polewali yang sementara menangani kasus penenembakan tersebut.
Massa meminta kepada hakim untuk menjatuhkan hukuman seberat – beratnya bagi penembak termasuk Kapolres Polman I Gusti Ngurah Rai yang dianggap tidak becus dalam memimpin anggotanya dalam pengamanan eksekusi.
Pada saat tiba di depan kantor DPRD Polman, terjadi kemacetan lalu lintas dan antrian yang cukup panjang di jalan trans Sulawesi dari arah yang berlawanan akibat ratusan massa aksi yang memblokade jalan. Pihak keamanan begitu kesulitan untuk mengatur jalannya kendaraan yang melintas.

Apalagi, massa melakukan pembakaran ban bekas dan diselingi teaterikal dari peteater padepokan sastra Empu Tantular. Dan orasi secara bergiliran dari para orator. Sejak di mulainya aksi, puluhan polisi Satlantas diterjunkan untuk mengatur kendaraan, namun macet tetap tidak terhindarkan. Selain itu, Brimob dari Pinrang dan Pare – Pare telah di turunkan untuk mengawal aksi mahasiswa yang di khawatirkan akan terjadi tindak anarkis akibat psikologi mahasiswa yang masih teringat dengan tragedy berdarah tersebut.

Dialog Massa-Tim TCT DPRD Polman
Usai orasi berlangsung para mahasiswa memaksa masuk ke ruang aspirasi DPRD Polman untuk berdialog dengan beberapa anggota Dewan. Namun, rencana tersebut dihalangi oleh Kasat Intel Polres Polman beserta anggotanya, sempat terjadi perdebatan alot antara pihak mahasiswa dengan kepolisian.
Tak lama berselang, massa di terima oleh anggota DPRD Polman (baca;TCT) yang diwakili wakil ketua DPRD polman Jhamar J.B, didampingi sejumlah anggota Dewan lainnya yang tergabung dalam Tim Cepat Tanggap (TCT).

Saat berlangsungnya dialog massa kontra sempat memprotes terhadap penyambutan anggota DPRD yang hanya berjumlah enam orang dari 40 Anggota DPRD Polman. Munawir Arifin (Ketua Cabang PMII Polman) selaku negosiator mempertanyakan kinerja TCT DPRD Polman. Khususnya kasus tertembaknya dosen Unasman dan kasus penganiayaan terhadap mahasiswa serta dosen.

Fakta dan bukti terkait kasus Sofyan tak begitu serius di tangani oleh TCT. TCT diminta ‘dalam hal ini mendesak Komnas HAM dan Kapolda Sulselbar untuk mempercepat proses hukum kode etik dan sekaligus pencopotan Kapolres Polman I Gusti Ngurah Rai sebagai dalang utama dari kasus ini. Selain itu, beberapa oknum polisi yang lain yang dengan sengaja melakukan penembakan membabi buta terhadap mahasiswa dan dosen saat itu.

Kontra tidak puas dengan kinerja Tim TCT
Selanjutnya, Kontra juga meminta kepada TCT agar bekerja secara optimal sebab setahun sudah kasus Sofyan belum juga dituntaskan. Sehingga diharapkan TCT mampu bertanggung jawab atas amanah yang telah dipercayakan masyarakat.
Kepada massa Kontra, wakil ketua DPRD Polman Jamar Jasin Badu selaku kordinator TCT DPRD Polman mengaku telah mengupayakan untuk meneruskan kasus ini agar diproses sebagai mana mestinya. Dan menurut Jamar, dia mendengar pengakuan dari Kapolres bahwa salah satu anggotanya sendiri (baca;polisi) juga menjadi terdakwa dan telah menjalani persidangan di PN Polman.

. Melalui Jamar pula TCT berjanji akan kembali menemui kapolda Sulselbar terkait penanganan kasus tersebut, mempertanyakan tentang perihal sidang Kode Etik dan sidang yang sementara berlangsung di pengadilan.
Selebihnya lagi, dalam aksi ini massa sungguh merasa sangat tidak puas dengan penjelasan yang di dapatkan dari hasil dialog yang di sampaikan Tim TCT DPRD Polman. Massa menilai, harus ada pressure yang lebih ketat lagi untuk penangan kasus ini. Hal tersebut mengingat sudah sangat jelas terjadi pelanggaran HAM yang cukup serius pada tragedy 13 Januari 2011 lalu.(ed/ma)

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) kelahiran Tinambung Polman
Aktif di Aliansi Pemuda Pecinta Budaya Mandar (APPBM)

Renstra dan Raker “Upaya Peningkatan SDM Kader PMII”

Catatan Renstra dan Raker P.C PMII Polman, 15-16 Januari 2012



Laporan : Muh. Yahya

Rabu 15 januari 2012, bertempat di gedung aula SLB pekkabata. Pengurus cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Polewali Mandar (Polman), menggelar kegiatan penyusunan Rencana Strategi dan Rapat Kerja pasca pelantikan ketua umum dan seluruh jajarannya, beberapa pekan lalu.

Kegiatan yang mengusung tema sentral “Quo Vadis PMII, Antara Harapan dan Kenyataan” tersebut dihadiri sekitar 30 peserta yang tergabung dalam pengurus PMII rayon Unasman, komisariat dan pengurus cabang PMII Polman. Turut hadir, Ketua Majelis Pembina Cabang (Mabincab) Polman, Muhammad Ali Wardi Sail, SIP, MSi dan Ketua Cabang PMII Polman, Munawir Arifin. Adapun yang bertindak sebagai ketua panitia yaitu Syamsul Bahri.


Dalam sambutannya, ketua panitia, Syamsul Bahri mengemukakan bahwa renstra dan raker ini diselenggarakan dengan mengambil tema diatas, karena kita melihat dari 314 pengurus cabang Se-Indonesia itu masing-masing mempunyai dinamika tersendiri. Begitupun PMII Cabang Polman yang memiliki orientasi gerakan dalam artian bagaimana membangun kembali roh kader.

“Melalui Kegiatan ini, diharapkan pula mampu mengakomodir semua ide dan gagasan baik ditingkatan struktur maupun kultur,”tutur Syamsul

Selain itu, Ketua Umum PC. PMII Polman 2011-2012 Munawir Arifin menambahkan bahwa “renstra dan raker ini merupakan agenda rutinitas dalam artian merupakan momentum dalam membangun paradigma gerakan. penyusunan program kerja kedepan sebagai upaya memenuhi tanggungjawab kita sebagai insan pergerakan. Dan yang paling penting lagi adalah upaya peningkatan kapasitas SDM kader PMII guna menjawab berbagai problem yang lahir di negeri ini, khususnya di Sulbar.

“Melalui program ini juga diharapkan akan terbangun di tingkat rayon dan komisariat peningkatan kerja sama dan saling memotivasi dalam upaya meningkatkan kompetensi dan kapasitas kader,” tegas Munawir Arifin

Lebih jauh, Muhammad Aliwardi Sail, S.Ip M.Si selaku Majelis Pembina Cabang (Mabincab) PMII Polman yang didaulat membuka acara, menganalogikan bahwa idealnya, Renstra dan Raker adalah bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Apalagi jika ditinjau dari kacamata pergerakan, maka hal tersebut merupakan sebagai alat evaluasi dan juga sebagai tolak ukur dalam menyusun sebuah agenda dan program kerja kedepan.

Dengan kata lain, dalam penyusunan program keja yang palimg dibutuhkan adalah komitmen perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga yang perlu diperhatikan dalam penyusunan program kerja itu jelas, akurat dan konkrit, apalagi program yang akan disusun itu akan dipedomani selama lima tahun.

Adapun yang bertindak selaku fasilitator dalam kegiatan Renstra tersebut yakni bapak Muhammad Subair Sunar (aktivis LSM dan staf pengajar Unasman) dan Aswan Achsa (Sekretaris umum PW NU Sulbar). Hadir pula ketua jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unasman yang membawakan materi pada season awal tentang keorganisasian yaitu bapak Drs. Aco Dahrul Saharuddin. Selain itu ada juga, anggota Mabincab PMII Polman yang juga merupakan staf pengajar di STAI DDI Polman, bapak Ahmad Djafar Spd. Mpdi yang membawakan materi tentang Aswaja manhaj al-fikr.(ed/ma)