Senin, 26 Maret 2012

Rekonsiliasi dan Rekonsolidasi Upaya Mengokohkan Islam Tradisi dan Pro Mustadafin

Laporan : Herman



Mengawali tahun baru 2012, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII) kembali memperkuat tonggak gerakannya dengan mengukuhkan kepengurusan PMII Cabang Polewali Mandar masa khidmat 2011-2012, di Aula Gedung PKK, Polewali, (7/02).

Kegiatan pelantikan yang dirangkaikan seminar dengan mengusung tema “Rekonsiliasi dan Rekonsolidasi- Upaya Mengokohkan Islam Tradisi dan Pro Mustada’afin”,. Kesuksesan dari kegiatan tersebut bukan hanya tampak dari keberhasilan Sudianto sebagai ketua panitia pelaksana dalam menghadirkan Adien Jauharuddin ( Ketua Umum PB. PMII ), Andi Tansi (Bendahara Umum PB PMII), dan Rusli Kasen (Korcab PMII Sulsel-bar), tetapi secara umum seluruh panitia dan pihak lain yang membantu kesuksesan acara seminar dan pelantikan tersebut.

Selain itu, berkat upaya kerja dan keras yang di lakukan salah satu mantan pengurus cabang Polman, Sapriadi yang saat ini masuk dalam kepengurusan PB PB PMII membidangi aparatur organisasi dan juga Indah Maya Sari yang juga saat ini masuk dalam kepengurusan Kopri PB PMII.


Substansi Demokrasi Tercederai
Selain sebagai ajang silaturahmi juga dirangkaikan dengan seminar yang di laksanakan sebelum acara pelantikan yang menghadirkan pemateri- pemateri dari alummi PMII yakni Muhammad Ali Wardi Sail (Ketua umum Mabincab PMII Polman), Usman Suhuriah, (Ketua KPU) Polman, dan S. Ahmad Fadl Al-Mahdaly (Tokoh agama).

Muhammad Aliwardi Sail, didaulat membawakan materi dengan topik “ Peran PMII dalam Mengawal Prospek Pembanggunan dan budaya Politik Menuju Demokrasi subtansi”. Dalam materinya, mantan ketua umum Kesatuan Pemuda, Pelajar, Mahasiswa Polewali Mamasa-Mandar (KPM-PM) menyampaikan bahwa pendidikan politiklah yang seharusnya dikedepankan.

Menurut Aliwardi, konsep yang dimiliki kader – kader akan lebih faham akan realitas yang ada di sekelilingnya. Hal ini pada gilirannya akan membentuk konstruksi mental para kader agar lebih peka terhadap seluruh problem sosial yang terjadi.

“Agar cerminan persepsi-persepsi mengenai realitas kepada masyarakat tentang budaya politik, karena sekarang ini politik di pandang sebelah mata oleh kalangan rakyat biasa bahkan sebagian mahasiswa. Maraknya terjadi money politik, dengan memberikan sesuatu kepada pemilih, baik itu berupa uang, barang, maupun janji manis. Sungguh mencederai dari Substansi Demokrasi” ujar Aliwardi.

Sedangkan chost politik dengan melakukan pembelian partai politik, karena faktanya setiap pemilihan berjalan harus di selesaikan di mahkamah kontitusi (MK). Dan Apabila politik membudaya maka akan sangat susah dikembalikan ke tujuan mulia dari politik itu sendiri.

Maka tugas atau tanggungjawab kader PMII harus mampu mengawal prospek pembagunan dan budaya politik menuju demokrasi yang baik yang ada di Sulawesi barat terkhusus lagi di Polewali mandar.

Dimana Posisi PMII ?
Pemateri kedua Usman Suhuriah, (Ketua KPU Polewali Mandar) dengan “Prospek Pemilihan langsung Dan Pembangunan Politik”. Usman mengungkapkan bahwa teori politik sangat jauh dari fakta sekarang ini. Sejalan dengan apa yang diceritakan Ali Wardi bahwa marak terjadi money politik dan chost politik yang berlebihan terutama di Sulbar. Sehingga timbul pertanyaan “Dimana PMII sekarang ini..?

Jalannya perpolitikan yang terjadi tidak mesti membuat para kader PMII ikut menjadi tim sukses para kandidat partai politik (parpol). Karena memang posisi kader PMII harus berada dalam situasi netral mengawal proses jalannya roda pemerintahan serta sebagai penyampai aspirasi masyarakat yang di bawah.

Mahasiswa (terutama kader PMII) juga harus memiliki kapasitas mumpuni, dimana pendidikan politik akan mengantarkan masyarakat dari kesadaran naif menuju kesadaran kritis. Sehingga timbullah nilai yang benar untuk menuju masa depan yang lebih tercerahkan.

Aswaja perspektif lokal
Pemateri ketiga S.Ahmad Fadhl yang dipercaya memaparkan topik “Aswaja Perspektif Masyarakat Lokal” menguraikan bahwa Aswaja merupakan suatu cara penyampaian sesuatu kepada orang untuk mempunyai komitmrn moral. Hal ini berdasarkan fakta, bahwa hari ini agama dirasuki faham fundamental, liberal dan pragmatis.

Kemudian, jika ini terjadi secara universal di Sulawesi barat, dan khususnya Polewali mandar kan membudaya faham-faham transnasional tersebut. Maka yang terjadi adalah susah untuk mengubah kembali, sehingga alternative atau solusinya adalah kader-kader PMII segera mengambil bagian untuk melakukan langkah menahan derasnya gelombang faham baru tersebut dengan pola atau jalan---Zikir, Fikir dan Amal saleh.(ed/ma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar