Selasa, 03 April 2012

Ayo....Lestarikan Tari Lakke


Oleh : LILI NIRWANSYAH

Masyarakat Padang Mandar merupakan komunitas yang setia menjaga tradisi leluhurnya. Mereka meyakini bahwa seluruh tradisi tersebut memiliki implikasi kongkrit terhadap kehidupan. Tradisi bagi masyarakat Padang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Meskipun masyarakat Padang mandar telah lama beralih system pemerintahannya dari yang tradisional menjadi system modern dengan system pedesaan. Namun tidak berarti bahwa masyarakat meningalkan tradisi dan adat istiadatnya. Hal ini, terbukti dengan ritual- ritual yang mereka lakukan tiap tahunnya. Salah satu tradisi nenek moyang masyarakat Padang mandar yang sangat dijaga yaitu :

TARI LAKKE
Tari Lakke biasa juga disebut dengan tari perang. Sejarah tarian Lakke di tuturkan oleh bapak Yunus, bahwa konon dahulu kala ada seorang nenek moyang mereka mengalami mati suri selama tujuh hari tujuh malam. Selama nenek itu mengalami mati suri dia melihat banyak permainan dan tari-tarian, dan dia pun disuruh untuk memilih salah satu diantara tarian tersebut. Maka nenek tersebut memilih tari lakke. kemudian nenek tersebut disuruh kembali ke padang mandar dan diperintahkan untuk melakukan lakke. Pelaksanaan lakke biasanya saat setelah pernikahan, sunatan dan akikah.

Sementara itu Sando kamanda yang biasa juga di panggil Kanne Lakke di kenal juga dengan nama Pua Alimuddin. Mengatakan bahwa, selama ada yang namanya masyarakat padang mandar selama itu juga ada yang namanya lakke. Dinamakan tari lakke karena wilayah masyarakat padang mandar berada ditengah-tengah antara pitu ulunna salo dengan pitu babana binanga. Seperti pada layang-layang perantara antara depan dan bawah disebut dengan lakke karena berposisi ditengah-tengah . tari lakke kalau sudah dimainkan namanya menjadi panganda.

Pemainnya 7 orang dengan tugas masing masing yaitu 2 orang pemukul gendang, 2 orang sebagai actor dalam aksi peperangan, 2 orang sando ( perempuan dan laki-laki ) dan seorang perempuan yang sesekali menghambur beras ke atas kepala sebagai tanda penghargaan pada tamu yang datang dan juga untuk meredakan emosi kedua pemain lakke agar tetap saling menghargai meskipun akan bertarung. 2 orang sando melambangkan seorang raja dan ratu. Juga berfungsi sebagai penegah. Misalnya pemain sudah berkecamuk dan sulit dihentikan, maka sando harus berdiri dan menencapkan tombak bermata dua ketanah yang secara otomatis permainan harus berhenti. Tari lakke juga melambangkan bahwa masyarakat padang mandar adalah orang-orang pemberani dan kesatria.

Permainan tari lakke prosesnya terbagi 3 bagian atau tiga babak , babak pertama kedua pendekar yang akan melekukan perang memulai dengan menggunakan giring-giring ( lonceng ) dan perisai. Keduanya saling mengitari satu sama lain seperti mengelilingi lingkaran. Memaka giring-giring dimaksudkan agar kedua kesatria semangat untuk melakukan tari perang seolah-olah betul-betul dalam arena peperangan.
Babak kedua dilakukan dengan kedua kesatria memakai kobi’( parang ), kemudian saling menyerang satu sama lain dengan menghantamkan parang masing-masing tetapi dengan cekatan keduanya saling menangkis melalui perisai tiap serangan. Setelah babak kedua selesai babak ketiga pun dilanjutkan. Dalam babak ketiga ini kedua kesatria menggunakan peratu/doe ( tombak ). Keduanya saling menyerang satu sama lain dengan menombak, tapi keduanya pun saling menangkis tiap serangan.

Kedua pemain lakke memakai tanduk kerbau sebagai symbol kekuatan dan kejantanaan. Kerbau adalah hewan yang kuat membajak sawah, kuat bertarung, dan juga rela untuk dimakan orang banyak. Dan selain itu ternyata tanduk kerbau bisa berfungsi sebagai senjata . karena kedua pendekar tadi ketika memainkan tari lakke sering mengerakkan kepalanya untuk mengfungsikan tanduk kerbau yang ada di kepalanya.

Selain itu tanduk kerbau sebagai symbol keperkasaan. Satu catatan yang perlu diingat adalah mulai babak pertama sampai babak ketiga gendang tidak pernah berhenti. Selain sebagai pemandu gerakan-garakan tari lakke, juga untuk memanggil orang-orang yang ada di kampung. Ini berarti bahwa masyarakat padang jika akan melakukan perang dan gendang terus dimainkan itu bermakna bahwa semua yang mendengar bunyi gendang itu wajib datang untuk bersiap-siap berperang melawan musuh.

Biasanya setelah tari lakke selesai, maka semua personilnya naik ke rumah orang yang punya hajatan. Kedua sando memberi makan seekor ayam yang terdiri dari tepung dan beras, kemudian ayam tersebut diirisi sedikit di atas kepalanya. Ayam ini sebagai paccera ( tumbal tehadap hal-hal yang negatif. Dan ada juga tepung yang disiapkan untuk dicobbo ( dioleskan) kepada kedua pengantin, anak yang di sunat , atau anak yang diakikah agar hidup mereka bahagia dan selalu mendapat keberuntungan dan kebaikan dalam mengarungi hidup ini.

Selain tiga hajatan di atas yang berkaitan dengan tari lakke, ada satu kegiatan adat yang dirangkaikan dengan tari lakke. Kegiatan adat tersebut adalah mandoe pauli ( mandi pengobatan ), tujuanya adalah untuk mengatasi wabah penyakit baik itu penyakit jasmani maupun rohani, sekaligus juga sebagai ajang silatu rahim akrab bagi masyarakat Padang Mandar.

Wallahul muwaffieq ilaa aqwamith tharieq
Wassalamu’ alaikum warahmatullahinwabarakatuh.
Polewali 11 Pebruari 2012

Penulis adalah Mahasiswa FIKOM Unasman
Terdaftar Sebagai Pengurus KOPRI PMII Cabang Polman Sulbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar