Minggu, 18 Desember 2011

KOSASTER BUTUH ‘SINAR*


Oleh : Hendra Djafar

(Sebuah catatan kecil komunitas seni sastra dan teater siin unasman serta untuk perbandingan lembaga-lembaga kemahasiswaan)

Seorang ibu lumpuh yang ditinggalkan suaminya, merantau entah kemana dan tak ada kabar, hanya bisa terbaring di tengah lima anaknya yang masih terbilang belia, anak-anak yang masih butuh perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tapi sekali lagi bapak anak-anak itu merantau dan tidak ada kabar sedang ibunya lumpuh hingga tidak bisa memasak, mencuci, mencari nafkah, dan sentuhan lain untuk pertumbuhannya.

Di daerah terpencil, Desa Riso di sebuah rumah panggung tanpa sinar listrik disanalah ibu yang lumpuh itu tinggal bersama anak-anaknya. Sejak dua tahun lebih ia menderita demikian, dan sejak itu pula ibu itu ditinggalkan suaminya merantau. Lantas, bagainmana nasib anak-anaknya, siapa yang mengurusnya?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, perlu disadari bahwa mengurus keluarga (baca: anak-anak) tidaklah sekedar mengurus akan tetapi lebih pada bagaimana menghidupkan, dan itu memerlukan energy yang lebih, perhatian yang serius, peran yang maksimal, tanggung jawab penuh serta keikhlasan sebab Jangankan mengurus keluarga, mengurus diri sendiri pun adalah hal yang sangat sulit. Namunpun demikian, bahwa sangat penting untuk disadari pula bahwa ketika roda kehidupan harus dan terus berjalan, sebuah tanggungjawab yang disertai keikhlasan penuh sangat dibutuhkan, tanpa menapikan pengertian kita bahwa hidup bukanlah jebakan untuk menjadikan dunia sebagai tempat keluhan, kepedihan, akan tetapi dunialah yang menjadi tempat mengenal Tuhan dengan keadilan-Nya, kebesaran-Nya serta kasih dan sayang-Nya, AR-RAHMAN AR-RAHIM. Tuhan akan menjawab setiap derita yang dialami hambanya, bagi mereka yang ingin berbuat dalam kehidupan dan ingin berbagi dengan saudara-saudaranya maka Tuhan akan menghempaskan cinta-Nya, tak terkecuali kepada ibu yang lumpuh dengan memberi kekuatan pada bocah salah satu anak dari ibu yang lumpuh tersebut untuk memberi pencerahan bahwa di balik kelemahan ada kekuatan di luar diri yang selalu teraktualisasi dan menyimak kehidupan manusia yang senantiasa menolong manusia lainnya selama manusia itu ingin berperan dan bertanggung jawab terhadap perannya.

Bocah yang di percayakan oleh Tuhan untuk berperan dan mengambil alih peran-peran ibu yang lumpuh tersebut bernama Sinar yang menjadi sinar di rumahnya yang tanpa listrik tapi Sinar lebih terang dari listrik. Bocah yang berusia kurang lebih tujuh tahun.

Sinarlah yang menjadi jawaban atas pertanyaan siapa yang mengurus keluraga ibu yang lumpuh tersebut, Sinar yang terbilang lemah dan dalam jeratan ketidak mampuan baik dari segi pisik ataupun yang lainnya. Sinar menjalani hari-harinya yang keras tanpa keluh kesah, memasak, mencuci, mengurus ibu dan adik-adiknya, intinya adalah Sinar mengorbankan masa kecilnya untuk bermain seperti anak-anak sebayanya. Sinar dewasa sebelum waktunya, Sinar membentuk dunianya sendiri, Sinar adalah sinaran di rumahnya.

Mungkin kita akan bertanya bila memang dalam keluarga Sinar ada campur tangan Tuhan? Mengapa Tuhan harus memilih Sinar, bocah yang masih duduk di bangku SD? Padahal Tuhan bisa saja mengetuk pintu hati bapak Sinar untuk pulang, bisa juga ibu sinar yang lumpuh di sembuhkan, bisa juga Tuhan mengetuk pintu hati keluarga atau tentangga Sinar untuk membantu Sinar dan keluarganya. (Renungi saja sendiri ya…penulis kurang ajar gitu hahaha)

Jelasnya Sinar menjalankan peran-perannya dengan penuh tanggung jawab meski sinar belum tahu apa arti dari tanggung jawab itu. dan dari tanggung jawab itu, ternyata selalu melahirkan inisiatif, semangat dan kasih sayang, untuk mengurus keluarga Sinar, hingga keluraga dari daerah terpencil ini terkabarkan pada dunia mengundang media local maupun nasional, ST 12 (band papan atas Indonesia) Bupati, pemerintah dan komnas anak tersentuh serta hendra terharuh ( hendra penulis rekeng hahaha) dan banyak hendra-hendra yang lain ikut terharuh menatap cermin kehidupan sinar. Yang jadi pertanyaan kemudian hal apa dan kekuatan apa bocah SD itu membuat banyak orang terundang ke rumahnya di daerah yang sangat terpencil itu hanya untuk bertemu Sinar ? kekuatan apasih yang dimiliki Sinar hingga mampu mengabarkan pada Dunia tentang kehidupannya? ( berpikir lagi ya…hahaha)

Sinar adalah anggota keluarga yang the best of the best karena mampu bertindak di saat-sast tidak ada lagi yang bisa di harap dalam keluarganya. Sinar berdiri di tengah-tengah kelurganya yang menjalankan roda kehidupan dengan tertatih-tatih, keluarga yang mungkin bila kita menengok mata kuliah dan pelajaran di kampus akan menjadi hal yang mustahil bocah seumuran Sinar mampu memutar roda kehidupan dalam keluarganya. Mata kuliah di kampus akan mendustakan realitas kehidupan Sinar, tapi Sinar nyata dan ada di tengah-tengah masyarakat Polman, lalu apa yang terjadi dengan mata kuliah kita? Bukankah setelah kita selesai dari kampus kita akan terjun ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang rasional yang kita telah dapatkan di Universitas? Tapi kehidupan Sinar tidak rasional? Kira-kira apa yang salah? Apa Sinar yang salah atau pelajaran dan mata kuliah kita yang salah? ( berfikir menandakan kau manusia maka berfikirlah…pesan penulis…hahaha)

Dari sini mari kita mengembara ( uwis..mengembara) ke keluarga besar kita KOASSTER SIIN UNASMAN, sejak keluarga ini berdiri terkalender masehi 03 Oktober 2003, telah merekrut banyak anggota keluarga yang mungkin bila di laporkan ke dinas catatan sipil akan di tolak sebelum matang karena akan terlalu banyak menggunakan blangko anggota keluarga ( terus apa urusannya ini sampai ke capil? Tanya budi!) penulis dalam hal ini hendra lengkapnya hendra djafar hanya ingin menyampaikan saja sakin banyaknya anggota keluarga kosaster siin ( ohh gitu… sahut budi!) ingat ohh gitu adalah tanda kita mengerti dan pengertian adalah harapan dan Cuma harapan yang banyak membuat orang bertahan hidup, dan hidup itu adalah yang nyata dan yang nyata inilah yang perlu diurus untuk menjadi pengurus. Kita harus berperan dan setelah berperan kita harus bertanggung jawab terhadap peran kita.

Lihat sinar yang mengerti perannya sebagai anggota rumah tangga dan bertanggung jawab terhadap perannya, terangkatlah keluarga sinar, membuat Indonesia penasaran pada keluarganya. Dan datanglah orang-orang bertamu padanya, membuat bangga Indonesia punya sinar, bocah yang memiliki semangat hidup yang tinggi. (tidak jadi nih… kita bahas kosaster…) siapa bilang tidak jadi, ini kita bahas kosaster kok… dari awal tulisan ini membahas tentang kosaster. “masa kita bahas kosaster dari awal yang kita bahas kan cuman keluarga sinar, hingga sampai pada ujung tulisan ini masih bahas sinar… bang… ” (oh gitu ini menandakan bahwa aku sudah mengerti ketidak mengertianmu, makanya aku katakan oh… ghitu) (okey kita tengok lagi dari awal tulisan ini, baca ulangmi dari awal lagi he..he…he…)

Dari awal tulisan ini sudah dikatakan seorang ibu yang lumpuh, kita ibaratkan saja dengan pengurus kosaster yang tidak aktif atau tidak on line (maaf saja pengaruh FB). Bapak yang merantau adalah anggota kosaster yang pergi entah kemana, anak-anak yang perlu diurus adalah anggota baru, yang ingin bertahan dikosaster dan perlu diurus, dalam artian diberi pengajaran. Lalu siapa sinar dalam kosaster??? Yang akan mengabarkan pada dunia, bahwa keluarga kosaster SIIN ada.
Semua anggota kosaster bisa menjadi sinar selama anggota menyadari, bahwa menjadi anggota kosaster berarti menghidupkan keluarga kosaster, tentu saja dalam hal ini setiap anggota, memerlukan energy yang lebih, peran yang maksimal, bakat khusus, siap berkorban, bertanggung jawab, ikhlas dan kasih sayang serta melebur diri dari aku menjadi kami. (maksudnya bang dari aku menjadi kami) bila suatu keluarga dan dalam keluarganya itu masih aku tetap aku, dan kau tetap kau, maka keluarga itu tidak akan pernah mendapatkan damai, sebab aku tetap aku dan kau tetap kau, adalah perbedaan selamanya.

Kedamaian apa bila kita membesar-besarkan perbedaan. Bagus kalau perbedaan itu seperti warna-warni pelangi, berbeda-beda tapi menawarkan keindahan, tapi warna-warni tak kan terlihat tanpa ada sinar. Lagian pelangi tidak menonjolkan perbedaan warnanya tapi menonjolkan pelanginya. (tidak usah membahas pelangi bang, bahas tentang caranya aku menjadi kami) “baik” cara untuk menghilangkan aku tetaplah aku dan kau tetaplah kau, hanya dengan peran dan bertanggung jawab terhadap peran. Dengan adanya tanggung jawab hubungan aku dan kau menjadi kami, dari kami inilah yang akan melahirkan hidup bersesama (berinteraksi).

Dan juga dari kami inilah, yang akan melahirkan hidup bersama (interaksi) setelah mampu menghidupkan hidup bersama dan bersesama maka tidak akan ada lagi bahasa anggota yang mengatakan, “ aku tidak dipanggil dalam kegiatan kosaster” mengapa muncul bahasa seperti ini, karena kita tidak memahami peran-peran sebagai anggota kosaster ketika tidak memahami peran maka tanggung jawab tidak akan tumbuh, ketika tanggung jawab tidak tumbuh maka inisiatif tidak akan lahir. Ketika inisiatif mati berarti matilah kreatifitas, ketika kreatifitas mati maka kita tidak mampu memunculkan kasih sayang, cinta, pengorbanan dan semangat. Ketika tidak ada semangat maka akan lahir pesimistis dan ketika pesimistis maka akan gampang diintervensi. Ketika terintervensi maka hilang ideology, ketika kita hilang ideology maka kita dan tujuan kita adalah balon-balon sabun. Ingat ideology, tidak terbangun dari aku tetap aku tapi dengan kami, yang artinya hidup bersama dan bersesama.

Seiring perjalanan waktu kosaster tetap eksis pada tujuan keberadaannya yakni bergerak diwilayah kesenian dari tujuan ini, anggota mereka-reka saya harus berperan apa? Untuk menghidupkan kesenian dan kebudayaan dalam keluarga kosaster SIIN pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bukan kosaster yang akan menghidupkan kita, tapi kita yang harus menghidupkan kosaster. Tentu saja kita memiliki peran setelah menjadi anggota paling tidak peran anggota dapat hadir disetiap kegiatan kosaster, walaupun hanya duduk dalam setiap rapat-rapat kosaster dan menerima keputusan rapat.

Kosaster sudah mencapai umur 6 tahun masa berdirinya tapi masih belum memuaskan hidup kesesamaan dan kebersamaannya sebagai satu keluarga. Ini bisa dilihat ketika pengurus atau yang pernah menjadi pengurus yang selalu menjadi ujung tombak dan penginsiatif disetiap kegiatan kosaster, coba kita bayangkan andai pengurus dan mantang pengurus adalah ibunya sinar yang lumpuh? Maka akan bagaimanakah kosaster, dan umpamanya hari ini kanda Arifin, kanda Hakim, Ari Saputra, Akram, Mislia, Ardimansyah dan senior yang lain semua lumpuh.

Tidak bisa dipungkiri mereka adalah anak-anak kosaster yang selalu memberi nafas kepada kosaster, mereka adalah sinar didalam rumah kosaster, mereka selalu berusaha keras untuk mengabarkan pada dunia bahwa kosaster ada. Kosaster SIIN adalah keluarga yang besar itu sangat disadari oleh anggota kosaster tetapi harus juga disadari tahun terakhir ini kosaster hanya mampu menyalakan lampu kamar devisi teater, sedang kosaster masih mempunyai kamar-kamar devisi yang lain yang lampunya masih redup seperti tari, sastra, musik, rupa dan produksi.

Kamar-kamar devisi ini perlu dinyalakan lampunya dan yang akan menyalakan lampu perdevisi adalah anggota kosaster yang menjadi Sinar yang memehami perannya dan bertanggung jawab terhadap perannya. Anggota keluarga yang telah memilih devisi tari harus serius didevisi tari, banyak membaca referensi tari, demikian juga anggota devisi-devisi lainya, harus banyak melakukan workshop, latihan dan berinisiatif sendiri dan senantiasa harus menjadi Sinar saat orang tuanya lumpuh.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi bahan renungan buat keluarga besarku di kosaster SIIN, marilah kita menjadi sinar, sebab kosaster butuh SINAR, yakinlah ketika kita akan berbuat, Tuhan tidak angkuh sekedar melihat kita, dibalik ketidak berdayaan hamba yang bertanggung jawab terhadap perannya. Tuhan tidak sudi mendengar keluhnya, selama peran dan tanggung jawab selama kita berbagi dengan saudara-saudara kita.

Catatan: perubahan hanya bisa terwujud diatas pondasi yang memadai
Bukan dari kelemahan yang di tutup-tutupi.
Pambusuang, Januari 2010.


Hendra Djafar
mantan ketua Kosaster Siin Unasman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar