Minggu, 25 Desember 2011

Pacaran: Antara Cinta, Tradisi, atau Komitmen,..


Oleh : Muhammad Alfian

Kita mungkin sering mendengar, atau bahkan mengalami sendiri sebuah proses yang diawali dengan mengekspresikan rasa suka kepada lawan jenis, kemudian rasa itu tersambut tanpa bertepuk sebelah tangan, ditindaklanjuti dengan perilaku-perilaku romantis, dan selanjutnya mendapatkan pengakuan publik bahwa mereka telah berpacaran. Mungkin ada juga yang urutan prosesnya tidak seperti demikian, tapi secara teknis seperti itulah kira-kira proses terjalinnya sebuah hubungan yang sekarang kita kenal dengan istilah pacaran. Rasa-rasanya memang pacaran sudah menjadi hal yang lazim, mulai dari anak-anak sampai kalangan lansia, dari hiruk pikuk kota sampai kepelosok-pelosok desa, semuanya telah memahami apa itu pacaran. Dalam bahasa yang sederhana, bolehlah kita mengatakan bahwa pacaran merupakan hubungan spesial yang terjalin oleh sepasang kekasih sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Secara etimologi, pacaran ternyata berasal dari kata pacar (daun pacar), kalau dalam bahasa bugis dikenal dengan nama “pacci”. Menurut sejarah, dahulunya di masyarakat Melayu khususnya, ada budaya memakaikan pacar air (masyarakat Melayu biasa menyebutnya inai) pada dua orang muda mudi yang ‘ketahuan’ saling tertarik oleh keluarganya. Biasanya sang pemuda mengirimkan ‘sinyal’ tertariknya dengan mengirim ‘tim’ pembaca pantun untuk sang gadis pujaannya, tim tadi akan berpantun tepat di depan halaman rumah sang gadis. Mirip serenada dalam budaya Meksiko. Nah, jika si gadis menyambut pantun sang pemuda dan keduanya ingin meneruskan hubungan mereka maka orangtua keduanya memberikan pacar air di tangan keduanya. Inai tersebut sebagai tanda bahwa keduanya telah memiliki hubungan.. Inai yang ada di tangan akan hilang selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Jika sampai inai di tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan lelaki lain.

Dari sejarah melayu, kita coba melihat ke sejarah munculnya istilah pacaran (dating) di inggris. Tepatnya Antara tahun 1830 ke awal 1900 yang merupakan masa kekuasaan ratu Victoria. Di rentan waktu itu jugalah terjadinya revolusi industri di inggris. Ada kebiasaan yang sering dilakukan oleh bangsawan inggris yaitu mengadakan pertemuan yang dirangkaikan dengan pesta bersama keluarga bangsawan lain yang diundang. Dipertemuan itulah sering terjadi pembicaraan perjodohan antar anak-anak para bangsawan. Pada proses selanjutnya, muda-mudi yang dijodohkan tersebut diberikan ruang oleh keluarga masing-masing untuk saling mengenal melalui pertemuan-pertemuan formal. Jika kedua pasangan yang dijodohkan tersebut merasa cocok, maka akan disepakatilah waktu pernikahan oleh kedua keluarga mereka. Dari momen-momen pertemuan itulah kemudian dikenallah istilah dating. Kisah-kisah romantis seperti ini banyak dikisahkan dalam novel, tapi mungkin yang tragis tapi terkenal ada dalam karangan William Shakespeare yang terkenal lewat film romeo dan Juliet.

Namun, Revolusi industry memberikan pengaruh yang besar terhadap proses dating yang terjadi di eropa. Efek Revolusi industry menyibukkan para pengusaha dengan membangun infrastruktur dan mengumpulkan kekayaan. Pada saat itulah, terjadi budaya hidup bermewah-mewah dan bersenang-senang. Timbul kesenjangan kekayaan antara bangsawan. Bermunculan kebiasan-kebiasan baru di setiap dating, seperti pasangan berkeliling taman yang diberi wilayah privasi, pesta dansa secara bebas, minum teh, dan banyak lagi variasi-variasi pesta lainnya. pada akhirnya, pertemuan-pertemuan formal perjodohan dengan tujuan pertemuan garis perasaan cinta secara serius, akhirnya kabur maknanya.

Lalu bagaimana dengan pacaran di zaman modern?
Sepertinya tidaklah ringkas jika hendak diurai tentang paradigma apa yang terbangun saat ini di dalam proses pacaran. Di berbagai media, baik cetak maupun elektronik bisa kita jumpai berbagai slogan-slogan cinta dalam pacaran yang banyak dipelopori oleh para artis. Walaupun pada akhirnya tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian dan pernikahan beberapa kali. Dalam konteks ini, sepertinya pacaran merupakan tradisi. Tapi di lain tempat, kita menjumpai kemesraan jalinan hubungan yang dicontohkan oleh AA Gym beserta istri barunya, walaupun banyak dicemooh oleh berbagai pihak yang menentang poligami. Mungkin dalam konteks itu ada yang mengatakan bahwa pacaran itu adalah cinta dan komitmen,… karena ritus-ritus pacarannya justru dilakukan setelah pernikahan.


Well,…
Entah mana yang benar dan mana yang salah,..
Sebab jika kita mencoba melihat kehidupan percintaan Rasulullah SAW bersama istri-istrinya,..

I just wanna say,.
Be a kind man if you wanna get a kind girl,
And for the girl,..
Be a kind girl if you wanna get a kind man,…

penulis adalah ketua umum komisariat PMII Universitas Negeri Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar