Kamis, 24 November 2011

Catatan dari "Batu Bertasbih" di Galung Lego

Teks Oleh : Fadliana


Menjejakkan kaki di tanah Balanipa Mandar. Rasanya tak akan pernah lengkap jika luput berkunjung ke Desa Galung Lego Kecamatan Balanipa Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Sebab disana ada sebuah makam dan sebongkah batu besar. Yang oleh masyarakatnya, selain diyakini memiliki nilai mistik yang amat tinggi juga dipercaya sebagai jejak karomah para Wali dan Ulama yang mensyiarkan Islam di tanah Mandar.

Konon, batu dan makam ini berasal dari Sengkang Sulawesi Selatan. Tatkala Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle, pendiri Pondok Pesantren Mangkoso Barru bersama Anregurutta H. Saad melakukan perjalanan syiarnya dari Sengkang menuju pesisir Pantai Kabupaten Barru seraya bertasbih dan menghanyutkan sebongkah batu besar yang terapung.

Nah, saat batu itu hanyut dan terapung digiring ombak dan gelombang lautlah akhirnya terdampar di bibir pantai Mandar yang kebetulan searah dengan mesjid Pambusuang Polewali Mandar Sulawesi Selatan (sebelum dimekarkan dan masuk dalam wilayah Sulawesi Barat).
Karena diyakini batu itu memiliki kelebihan, oleh warga kemudian batu itu diangkat dari bibir pantai dan dipindahkan ke wilayah pegunungan Galung Lego yang berjarak sekitar 1, 5 Km dari bibir pantai pambusuang, atas permintaan Mara'dia Lego. Setelah sebelumnya dilakukan ritual pembacaan do'a dari para habib dan ulama salaf yang ada di Pambusuang, seperti Annangguru Toa, Annangguru H. Lolo, serta para alim ulama yang lain.

Berada diantara Galung Lego dan Lambanan

Letak batu itu, kini berada tepat di jalur tengah antara Desa Galung Lego dengan Desa Lambanan yang tak lain merupakan tempat atau kediaman ulama salaf yang ternama yakni KH. Syekh Abdussalam salah seorang murid setia Sunan Giri dan berasal dari Blambangan Jawa Timur.

Dari cerita yang dihimpun penulis, saat bertandang ke Balanipa, sebagaimana disampaikan oleh seorang ulama yang ditemui penulis namun enggan disebutkan namanya itu, diyakni batu tersebut hanyut beberapa ratus kilometer diatas permukaan laut maka terdengarlah lantunan tasbih, “subhanallahi, walhamdulillahi, walailahaillallahu Allahu Akbar ”.

Sejurus dengan pengakuan para nelayan, yang hidup pada masa tatkala batu itu ditemukan mengaku sempat ikut menyaksikan langsung batu hanyut yang diiringi dengan lantunan tasbih. Batu itu melintas dihadapan mereka pada saat nelayan-nelayan ini tengah mencari ikan di perairan Pambusuang yang berbatasan dengan Selat Makassar. Para nelayan yang menyaksikan batu itu kemudian berupaya mendekat, dan hendak mengambil batu itu, namun tidak kunjung kesampaian.
Selama hanyut itulah, lantunan tasbih tersebut menggema di tengah laut dan terdengar langsung oleh para nelayan.

Mendapati batu yang melantunkan kalimat tasbih itu, para nelayan itu kemudian mencoba bertanya ke beberapa alim ulama yang ada di Pambusuang. Yang akhirnya ditemukan jawaban bahwa, peristiwa itu bisa saja terjadi, karena Kuasa Tuhan. Bahkan para nelayan itu mendapatkan jawaban, bahwa, hal itu tidaklah bertentangan dengan Al Quran dan Hadits. Terlebih Alim Ulama yang ditempati bertanya para nelayan kala itu menjelaskan kepada mereka seraya mengutip sebuah hadits yang menyebutkan, ”barang siapa yang mengucapkan kalimat subhanallah, walhamdulillah, walailahailallahu Allahu Akbar maka nafas yang keluar dari rongga mulut akibat pengucapan itu dikiyaskan membentuk satu malaikat yang menyelam ke lautan berbentuk burung".

Lalu lanjut alim ulama tersebut, "malaikat tersebut muncul kembali ke permukaan laut dan mengibaskan sayapnya. Tetesan air yang tumbuh dari sayapnya terbentuk lagi menjadi seribu malaikat yang tugasnya memohon ampun kepada Allah bagi yang mengucapkan kalimat suci itu".

Disimpulkan oleh para Alim Ulama di Pambusuang, batu tersebut merupakan suatu bukti kebenaran hadits yang dikutip diatas tadi. Seraya menekankan, kiranya batu bertasbih itu, tidak lalu menggiring kita kepada kemusyrikan. Dengan membangun prasangka adanya kekuatan melebihi kekuatan Allah. Justru yang harus terjadi adalah sebaliknya, dengan adanya batu bertasbih itu, akan kian membuat pemahaman kita ini untuk kian meluruskan aqidah kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab bukan berarti batu tersebut adalah malaikat, akan tetapi batu tersebut hanyalah sebagai pembuktian akan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.

Banyak Diziarahi Warga

Bentuk batu bertsabih itu bagaikan bola yang bopeng, jenisnya identik dengan batu karang yang garis-garisnya bercabang namun tetap memiliki satu kumpulan asal dari cabangnya. Inipun diyakini merupakan simbol dari berbagai macam bentuk ciptaan Allah Swt dan pada akhirnya akan kembali pada nilai kekuasaanNya.
Hingga kini tradisi masyarakat Galung Lego dan Lambanan jika berziarah ke makam Mara'dia Lego maka sangat dianjurkan untuk menyempatkan diri mengelus-elus makam dan batu sambil melantunkan tasbih.
Pernah suatu ketika, salah seorang warga di Pambusuang mencoba mengingkari kebenaran batu yang dianggap sakral itu. Akibatnya orang itu jatuh sakit. Jari-jemari tangan serta kakinya mengecil dari bentuk semula. Bahkan penyakit yang diderita itu ikut pula menular dan menyerang anak sulung laki-lakinya.
Menderita sakit yang sungguh aneh, Ia dan anaknya kemudian menempuh berbagai cara pengobatan mulai dari yang medis hingga yang non medis. Namun hingga berselang lama penyakit itu, tak juga kunjung sembuh dan mengalami perubahan.
Hingga pada akhirnya, bersama anaknya selama tiga malam berturut-turut ia mimpi didatangi oleh suara suara yang meminta kepadanya untuk segera pergi berziarah ke makam dan batu yang semula tidak diyakininya itu. Dalam mimpinya Ia dan anaknya juga dipesan agar mengambil tujuh helai rumput yang tumbuh dari batu itu. Rumput yang diambil itu kemudian diusapkan kejari kaki dan tangannya.
Keesokan harinya, berangkatlah Ia bersama anaknya berziarah dan melaksanakan perintah yang hadir dalam mimpinya itu. Alhasil, atas izin Allah dan safaat Rasulullah Muhammad Saw sepulang dari ziarah itu penyakit yang diderita bersama anaknya itu kemudian sembuh dan kembali normal seperti semula.
Batu yang sangat dikeramatkan oleh masyarakat Galung Lego dan Lambanan ini bisa dikatakan merupakan sebagian kecil ciptaan Allah dari beragam tanda-tanda kekuasaan yang diperlihatkan kepada hambaNya. Kekuasaan Allah Swt sungguh tak ada batasannya, sehingga apapun yang dikehendaki pasti akan terwujud, dan batu itu merupakan contoh atas ke-Maha kuasaan-Nya.
Tetapi apapun yang ada pada batu bertasbih itu, rasanya menjadi teramat sangat penting untuk kembali kita melakukan pengkajian secara terus menerus dan lebih mendetail guna menemukan makna yang terkandung dibalik keberadaan batu bertasbih itu. (s)

Fadliana :
Tercatat sebagai mahasiswa jurusan bahasa Indonesia Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Sulawesi Barat. Ia yang acap melekatkan "Flow" di depan namanya ini selain bergiat di Padepokan Sastra Mpu Tantular Ia juga menjadi salah seorang Pengurus Rayon FKIP Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Unasman.

Tulisan ini pernah dimuat di media online suaramandar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar