Rabu, 16 November 2011

MEMBANGUN PARADIGMA BERORGANISASI DALAM DUNIA AKADEMIK

oleh : Muhammad Yahya
Melibatkan diri dalam sebuah organisasi  baik intara maupun ekstra, merupakan perwujudan membangun karakter kepribadian sebagai seorang Intelek dalam dunia Akademik. Kehadiran Organisasi dalam dunia Akademik  membawa nilai tersendiri dan menjadi satu wahana yang  akan melibatkan dan memberi ruang kepada anggotanya untuk mengembangkan karakter kecerdasan dan mental dalam mengahadapi kompetisi persaingan yang semakin popular di kalangan Mahasiswa.
Seperti yang di ungkapkan oleh Drs. Azikin Noor  (Dosen Unasman) bahwa “oraganisasi dalam dunia  akademik merupakan wadah pengembangan karakter  seorang mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang unik, sehingga kehadiran organisasi dalam dunia Akademik perlu mendapat respon yang jelas sebagai wadah penunjang karakter ke mahasiswaan.  Di tegaskan pula bahwa, besar kecilnya sebuah organisasi dalam kampus baik intra maupun  ekstra  bukan hal yang menjadi tolak ukur pencerdasan, melainkan individu itu sendiri”. Maksud dari pernyataan itu adalah, ketika ingin mengembangkan  gagasan kecerdasan jangan berlandaskan pada besar kecilnya wadah organisasi, melainkan apa sumbangsi organisasi dalam mencapai tujuan (ke Mahasaiswaan)
Kita semua tentu tahu bahwa salah satu  indicator yang dapat menunjang kecerdasan pelaku organisasi adalah ketika mereka mampu menerapkan budaya diskusi secara disiplin.  Mengapa “diskusi” ini menjadi salah satu indicator utama? Jawabannya tentu karena diskusi merupakan rangsangan yang dapat membangkitkan minat baca dan menulis, dan ketika perpaduan antara membaca, menulis,  berdiskusi dan meneliti tentu akan semakin mengentalkan kecerdasan intelektual yang dapat mengarungi kompetisi, baik dalam dunia akademik maupun  persaingan penerapan gagasan pada masyrakat.
                Yang perlu kita pahami bersama sebelum terlibat pada sebuah organisasi adalah “Ideologi Organisasi ”  itu sendiri,  sebab disitu akan terbaca dengan jelas Visi dan Misi berdirinya setiap  organisasi, jangan sampai kita terjebak pada megah dan mewahnya organisasi yang justru dapat membungkukkan identitas kita dan ini sudah terbukti pada sebagian Mahasiswa dan Masyarakat.
Memilih Organisasi
                Ada ungkapan yang sangat menarik untuk kita bantahkan sebagai  individu yang terlibat dalam organisasi. Yaitu  korban organisasi”.  Ungkapan ini merupakan ungkapan salah seorang Alumni UNM yang telah menyelesaikan studynya tepat waktu. Dia mengatakan “kita tidak perlu terlibat pada oraganisasi intra maupun ekstra dalam dunia akademik sebab itu hanya akan memperlambat proses perkuliahan dan akan berakibat pada lambtnya menyelesaikan Study kita”. Ungkapan ini memerlukan tanggapan atau respon yang sangat singkat dari seorang terpelajar dalam dunia akademik yaitu “tergantung pada individu” sebab individulah yang akan melewatinya.
                Lagi-lagi kita kepada individu.  ya… memang, ketika kita menelusuri asal-muasal dari lahirnya sebuah organisasi tentu kita akan memahami tujuan dari organisasi tersebut, sehingga sebagai seorang Intelektual yang mampu memposisikan dirinya tentu akan dapat mengkaji sejauhmana tujuan pengembagan individu / anggota organisasi yang didirikan, Sehingga kita tidak terjebak pada hal  sepeleh seperti yang di ungkapkan  Azikin Noor, bahwa “di dalam memilih sebuah organisasi  jangan terjebak pada mewah dan besarnya organisasi, tetapi kajilah terlebih dulu, jangan sampai kita terjebak pada hal tersebut. Memang kehadiran organisasi merupakan penunjang awal dari penuaan dan penerapan gagasan tetapi organisasi tidak dapat berkembang dan mengembangkan kecuali kesadaran anggotanya sendiri.  Lebih jelasnya, kita tidak perlu organisasi yang besar  cukup dengan keserhanaan yang bisa memanusiakan manusia dan bisa memposisikan anggotanya pada setiap persoalan baik dalam Dunia Akademik maupun bermmasyarakat…
Tujuan Organisasi
Sudah jelas bukan?  problem yang  tengah menimpa pendidikan Indonesia yang semakin jauh dari tujuannya. Dulu penerapan Pendidikan Rohani tidak terlepas dalam  kurikulum berbasis Nasional guna menciptakan generasi berbudi pekerti. Namun seiring berkembangnya  Zaman dan Teknologi di barengi dengan Ideologi bangsa lain, maka pendidikan Rohani tidak di terapkan lagi dalam Kurikulum berbasis Nasional bahkan Internasional, bahkan keberadaan kurikulum itu hanyalah formalitas belaka yang hanya berujung pada kecerdasan yang merupakan desain untuk mentelorkan generasi biasa-biasa saja.
                Kita semua tentu sudah dapat membayangkan bahwa, Tujuan dasar dalam organisasi (kemahasiswaan) adalah untuk membantahkan teori-teori yang di terapkan dalam Kurikulum, mengapa demikian sebab ketika kita hanya lebih pada Kurikulum tentu kecerdasan kita akan semakin mudah untuk di patahkan karena kecerdasan itu di desain guna menciptakan generasi biasa-biasa saja.
Tentu ungkapan itu bisa di amati dengan ungkapan yang sering di ungkapkan oleh guru- guru kita. bahwa  “ilmu yang di dapat di Sekolah hanya 20 persen dan 80 persenya itu  kita dapatkan di luar sekolah” . jadi kata-kata ini sudah sangat jelas mewakili  untuk terlibat pada suatu organisasi yang yang sehat dan bisa mengantarkan kita pada entitas  di dalam pengembangan bakat dan karakter serta latar belakang kita yang semestinya Kritis dan Kreatif…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar